sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Beras picu inflasi di 34 provinsi, Tito sarankan pemda diversifikasi pangan

Inflasi meningkat menyusul adanya perbedaan harga komoditas, terutama antara daerah produksi dengan konsumsi.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Senin, 31 Okt 2022 13:47 WIB
Beras picu inflasi di 34 provinsi, Tito sarankan pemda diversifikasi pangan

Badan pusat Statistik (BPS) melaporkan, beras menjadi komoditas pendorong naiknya inflasi di 34 provinsi pada Oktober 2022. Sementara itu, minyak goreng menggerek inflasi di 31 provinsi, gula pasir di 29 provinsi, bawang merah di 23 provinsi, daging sapi di 18 provinsi, telur ayam ras di 17 provinsi, dan tepung terigu di 16 provinsi.

Inflasi meningkat menyusul adanya perbedaan harga komoditas atau disparitas harga antarwilayah, terutama antara daerah produksi dengan konsumsi. Dengan demikian, harga komoditas cenderung mengalami kenaikan di daerah konsumsi.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setyanto, menyampaikan, terdapat 10 kabupaten/kota yang mengalami disparitas harga 20 komoditas bahan pangan terpilih paling tinggi dari variabel. Paling banyak terjadi di Indonesia Timur.

"Yang mengalami disparitas harga komoditas tertinggi ada Melawi (158,85), Mamberamo Tengah (163,98), Maybrat (164,16), Pegunungan Arfak (176,92), Tambrauw (185,13), Kaimana (185,92), Dogiyai (186,50), Lanny Jaya (191,88), Jayawijaya (221,39), dan Puncak (230,16)," ucapnya dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah, Senin (31/10).

Dalam kesempatan sama, Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian, lantas mengimbau kepala daerah menekan disparitas harga. Disarankannya dengan melakukan diversifikasi makanan pokok.

"Ini yang trennya naik beras dan fluktuasi di harga daging sapi. Ini saran saja, mungkin perlu dilakukan diversifikasi makanan pokok yang mengandung karbohidrat," ujar Tito.

Eks Kapolri itu melanjutkan, wilayah Indonesia Timur memiliki potensi dan kecukupan makanan pengganti beras. Jika diversifikasi dilakukan, Tito sesumbar, masyarakat masih bisa mendapatkan karbohidrat dari sumber makanan lain saat harga beras naik.

"Sebetulnya di daerah Timur banyak potensi dan kecukupan, bahkan masyarakat sejak zaman dahulu sudah makan itu, seperti sorgum, papeda, talas, ubi jalar. Di Papua itu ubi jalar sangat besar-besar dan enak sekali. Jagung dan sorgum di Nusa Tenggara Timur dan lain-lain. Jadi, tidak hanya mengandalkan beras," tandasnya.

Sponsored

Dalam rapat terbatas (ratas) pada Agustus silam, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan Indonesia memiliki lahan sorgum seluas 154 hektare (ha) pada 2024. Pengembangannya dimulai pada tahun ini.

Untuk memaksimalkan produktivitas sorgum pada 2024, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, ditugaskan menyusun peta jalan pengembangan sorgum. Kecamatan Kota Waingapu, NTT, dipilih menjadi wilayah prioritas penanaman sorgum.

"Di tahun 2023, akan disiapkan lahan 115.000 ha dan di tahun 2024, 154.000 ha. Luasan lahan tanam tersebut akan terus dipersiapkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK)," tutur Airlangga.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid