sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Greenpeace: Energi bersih dan terbarukan punya 3 potensi sekaligus

Vietnam unggul dalam pengembangan energi terbarukan di kawasan Asia Tenggara.

Ghalda Anisah
Ghalda Anisah Rabu, 23 Sep 2020 14:55 WIB
Greenpeace: Energi bersih dan terbarukan punya 3 potensi sekaligus

Studi Greenpeace–organisasi kampanye lingkungan nirlaba–menyebutkan, energi bersih dan terbarukan memiliki tiga potensi sekaligus, yaitu menopang pertumbuhan ekonomi, menciptakan kesempatan kerja, serta menyerap tiga kali lebih banyak dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara dan memitigasi perubahan iklim. Sehingga, tidak ada trade off antara ketiganya.

Koordinator Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara, Tata Mustasya, menyatakan, energi bersih dan terbarukan ini baik untuk lingkungan. Pun berdampak positif terhadap perekonomian.

"Ibu Sri Mulyani (Menteri Keuangan, red) juga sudah menyatakan, bahwa nanti di Asia Tenggara pasti akan memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup steady, yang nantinya akan menghasilkan peningkatan-peningkatan energi," ucapnya dalam telekonferensi, Rabu (23/9).

Sayangnya, lanjut Tata, target energi terbarukan di Asia Tenggara hanya sebesar 23%. Angka itu lebih rendah dibandingkan target 50% pada 2020 yang dicanangkan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC).

"Sebenarnya target dengan 23% ini masih sangat rendah. Itupun negara di Asia Tenggara secara umum masih sulit untuk mencapai target tersebut," jelasnya.

Padahal, dirinya mengingatkan, pertumbuhan permintaan energi tergolong tinggi hingga 60% antara 2018-2040, program elektrifikasi, dan tantangan perencanaan energi. Seluruhnya dapat diantisipasi dengan baik jika menerapkan energi bersih dan terbarukan karena berbiaya rendah.

Sejauh ini Vietnam unggul dalam pengembangan energi bersih dan terbarukan di kawasan Asia Tenggara. "Negeri Naga Biru" telah meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dari 134 megawatt (MW) menjadi 5,5 gigawatt (GW) pada 2018-2020.

Sementara itu, pengamat kebijakan publik Universitas Indonesia (UI), Andrinof A. Chaniago, mengatakan, masyarakat ingin hidup dengan nyaman dan menggunakan energi yang aman untuk kehidupan.

Sponsored

“Fungsi Greenpeace saya anggap sebagai pengingat yang selalu membunyikan 'bel' agar orang tahu tujuan terbaik. Saya juga mengapresiasi laporan ini yang dilakukan secara terukur, sehingga mendapatkan peringkat secara scoring di sejumlah negara di ASEAN," ujarnya.

Meski demikian, dirinya berpendapat, setiap negera memiliki proses, tantangan, dan sumber daya domestik yang berbeda-beda. Sehingga, perlu indikator perbandingan yang lebih realistis.

"Jika kita bandingkan dengan negara China, mungkin jika dilihat pencapaiannya berdasarkan skor atau presentasi, juga relatif kecil. Tapi belakangan ini, dilihat dari 10 tahun terakhir, agak tinggi, di mana penggunaan energi jor-joran mengejar efektivitasnya sudah mulai melewati domestic resource," tutup Andrinof.

Berita Lainnya
×
tekid