sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Presiden Korea Selatan siap adakan KTT keempat dengan Kim Jong-un

Moon Jae-in menegaskan, adalah prioritas utama Korea Selatan untuk mencegah perundingan nuklir Korea Utara-AS keluar dari jalur.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Senin, 15 Apr 2019 18:39 WIB
Presiden Korea Selatan siap adakan KTT keempat dengan Kim Jong-un

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada Senin (15/4) mengatakan bahwa dia siap untuk menggelar KTT keempat dengan Kim Jong-un untuk membantu menyelamatkan perundingan nuklir yang goyah antara Korea Utara dan Amerika Serikat.

Moon Jae-in bertemu Kim Jong-un tiga kali tahun lalu dan juga merupakan perantara pembicaraan nuklir antara Washington dan Pyongyang.

"Kapanpun Korea Utara siap, kami berharap Selatan dan Utara dapat duduk bersama dan mengadakan diskusi konkret serta praktis tentang cara untuk mencapai kemajuan melampaui apa yang dicapai dalam dua KTT Korea Utara-Amerika Serikat," kata Moon Jae-in dalam pertemuan dengan pejabat seniornya.

Pekan lalu, Moon bertatap muka dengan Trump di Washington. Keduanya sepakat tentang pentingnya pembicaraan nuklir dengan Korea Utara tetapi tidak mengumumkan rencana khusus.

Moon Jae-in menghabiskan tahun lalu dengan upaya agresif untuk membangun hubungan baik dengan Korea Utara. Dia juga melobi untuk KTT Korea Utara-Amerika Serikat pada Juni lalu.

Pada Februari 2019, Trump dan Kim Jong-un bertemu kembali di Hanoi, Vietnam. Namun, KTT kedua mereka dianggap gagal karena kedua belah pihak menolak memenuhi tuntutan satu sama lain.  

Moon Jae-in menegaskan, adalah prioritas utama Korea Selatan untuk mencegah perundingan nuklir Korea Utara-AS keluar dari jalur. Spekulasi berkembang bahwa Moon Jae-in akan mengirim utusan khusus ke Pyongyang dalam upaya untuk menyelamatkan pembicaraan.

Korea Utara dalam beberapa pekan terakhir telah menunjukkan ketidaksenangannya terhadap Korea Selatan, salah satunya dengan menarik seluruh stafnya dari kantor penghubung sebelum akhirnya mengirim mereka kembali.

Sponsored

Kegagalan pertemuan Trump - Kim Jong-un pada Februari menimbulkan keraguan tentang klaim Moon Jae-in bahwa Kim Jong-un dapat dibujuk untuk menyerahkan senjata nuklirnya untuk keuntungan ekonomi serta keamanan dan juga tentang peran Seoul sebagai katalis diplomatik yang menjadi kurang penting karena Washington dan Pyongyang membangun kerangka pembicaraan mereka sendiri. 

Pyongyang telah mendesak Seoul untuk melepaskan diri dari Washington dan melanjutkan proyek-proyek ekonomi antar Korea yang saat ini tertahan oleh sanksi AS terhadap Korea Utara.

Dalam KTT ketiga Korea Utara-Korea Selatan, Moon Jae-in dan Kim Jong-un sepakat untuk menyambung kembali jalur kereta api dan jalan, menormalkan pengoperasian pabrik bersama di kota Kaesong dan memulai kembali tur warga Korea Selatan ke Gunung Kumgang.

Tetapi seruan Moon Jae-un agar sanksi terhadap Korea Utara dicabut berbeda dengan pandangan AS, yang melihat sanksi justru dibutuhkan untuk memberi tekanan pada perekonomian Korea Utara.

Dalam pidato yang disampaikannya di hadapan parlemen Korea Utara pada Jumat lalu, Kim Jong-un mengatakan dia terbuka untuk mengadakan KTT ketiga dengan Trump. Namun, dia menetapkan batas waktu akhir tahun bagi AS untuk menawarkan persyaratan yang dapat diterima bersama.

Kim Jong-un menyalahkan runtuhnya KTT kedua pada Trump atas apa yang dia sebut sebagai tuntutan sepihak Washington. Dia menekankan bahwa ekonomi Korea Utara akan menang terlepas dari sanksi berat yang dikenakan terkait program senjata nuklirnya dan bahwa dia tidak akan terobsesi menggelar pertemuan puncak dengan AS karena haus akan bantuan.

Mengenai Korea Selatan, Kim Jong-un mengatakan, Seoul tidak boleh bertindak sebagai mediator atau fasilitator yang melampaui batas dan lebih baik berbicara atas kepentingan Korea.

Moon Jae-in tidak secara langsung merespons kritik Kim Jong-un, tetapi dia mengatakan bahwa dirinya sangat menghormati apa yang dilihatnya sebagai komitmen kuat Kim Jong-un atas upaya diplomasi.

Pidato Kim Jong-un muncul setelah Majelis Rakyat Korea Utara melakukan banyak perubahan personel yang mendukung jajaran diplomatik Kim Jong-un. Para ahli mengatakan ini bisa menjadi tanda keinginannya untuk mempertahankan diplomasi nuklir naik-turun dalam beberapa bulan terakhir dibanding kembali ke uji coba senjata seperti yang terjadi di sepanjang 2017. (ABC News)

Berita Lainnya
×
tekid