sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tanker disita Iran, PM Inggris kembali gelar rapat darurat

Pertemuan yang akan digelar pada Senin (22/7) ini merupakan kali ketiga sejak Iran menyita Stena Impero pada Jumat (19/7).

Valerie Dante
Valerie Dante Senin, 22 Jul 2019 11:38 WIB
Tanker disita Iran, PM Inggris kembali gelar rapat darurat

Perdana Menteri Theresa May akan memimpin rapat komite darurat pemerintah (COBR) pada Senin (22/7) setelah Iran menyita sebuah tanker minyak berbendera Inggris di Teluk.

"Selain menerima informasi terbaru dari para menteri dan pejabat, pertemuan COBR akan membahas pemeliharaan keamanan pelayaran di Teluk," tutur seorang juru bicara PM May dalam pernyataannya.

Itu akan menjadi COBR ketiga Inggris sejak Iran menyita tanker Stena Impero pada Jumat (19/7). Pertemuan itu akan dihadiri oleh para menteri, perwakilan keamanan, serta perwakilan intelijen dan militer.

Setelahnya, Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt dijadwalkan untuk memberi pengarahan kepada anggota parlemen terkait langkah-langkah yang akan diambil pemerintah.

Pada Minggu (21/7), Kementerian Luar Negeri Inggris mengonfirmasi bahwa Hunt telah berbicara dengan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian dan Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas terkait penyitaan tanker minyak tersebut. Baik Prancis maupun Jerman sama-sama mengutuk tindakan Iran.

Le Drian dan Maas sepakat dengan Hunt, menyatakan bahwa prioritas utama negara-negara Eropa adalah untuk memastikan keamanan pengiriman dan pelayaran kapal-kapal yang melintasi Selat Hormuz.

Gedung Putih mengatakan insiden penyitaan pada Jumat adalah yang kedua kalinya dalam lebih dari seminggu terakhir di mana Inggris menjadi target kekerasan Iran. Beberapa pekan sebelumnya, AS menyatakan sedang mengembangkan rencana pembentukan koalisi militer multinasional untuk menanggapi situasi ini.

Para menteri Inggris membantah laporan bahwa pemerintah telah mengabaikan persoalan di Teluk akibat situasi politik dalam negeri.

Sponsored

Menteri Keuangan Inggris Philip Hammond menegaskan pemerintah telah sangat terlibat dalam diskusi dengan mitra-mitra dari Amerika Serikat dan Eropa dalam menanggapi tindakan Iran selama beberapa bulan terakhir.

"Inggris akan mempertimbangkan setiap jalur diplomatik yang mungkin diambil untuk menyelesaikan permasalahan ini," ujar Hammond.

Ditanya apakah Inggris berencana untuk menjatuhkan sanksi baru atau membekukan aset Iran, Hammond mengatakan pemerintah telah menerapkan serangkaian sanksi terhadap Iran, terutama sanksi keuangan. Dan selanjutnya masih belum jelas langkah apa yang akan diambil oleh pemerintah.

Namun, anggota parlemen, Duncan Smith, mempertanyakan tindakan pemerintah Inggris. Dia mengatakan, penyitaan Angkatan Laut Inggris atas sebuah tanker minyak Iran pada dua pekan lalu seharusnya menjadi peringatan bahwa kapal-kapal Inggris yang melintasi Teluk membutuhkan perlindungan.

Smith mengklaim Inggris menolak tawaran AS untuk membantu meningkatkan perlindungan pengiriman kapal-kapal Inggris di kawasan tersebut.

"Itu adalah kegagalan besar pemerintah," tegasnya.

Penyitaan Stena Impero

Pada Jumat, Stena Impero ditangkap oleh Pengawal Revolusi Iran (IRGC). Inggris mencari informasi tentang Stena Impero setelah tanker yang hendak menuju pelabuhan di Arab Saudi tiba-tiba berubah arah pascamelintasi Selat Hormuz.

IRGC mengaku menahan tanker tersebut atas permintaan otoritas maritim Iran yang menyatakan bahwa Stena Impreo melanggar aturan maritim internasional.

Sebelumnya, IRGC sempat menahan tanker Inggris lainnya, MV Mesdar, tetapi kemudian dibebaskan. MV Mesdar merupakan tanker berbendera Liberia yang dimiliki oleh perusahaan Inggris.

Fregat Inggris HMS Montrose tidak dapat menghentikan tindakan penyitaan karena berada terlalu jauh dari lokasi kejadian.

Rekaman percakapan radio antara HMS Montrose dan kapal-kapal angkatan bersenjata Iran beberapa saat sebelum Stena Impero disita telah dirilis. Dalam rekaman itu, sebuah kapal Iran memberi tahu HMS Montrose bahwa mereka ingin memeriksa Stena Impero untuk alasan keamanan.

Kantor berita Iran, IRNA, melaporkan tanker minyak itu ditangkap setelah bertabrakan dengan sebuah kapal penangkap ikan dan tidak menanggapi panggilan dari pihak berwenang.

Namun, Hunt membantah klaim itu dan menyatakan tanker itu ditangkap di perairan Oman. Dia mengklaim setelah disita, Stena Impero dipaksa untuk berlayar ke pelabuhan Bandar Abbas di Iran.

"Lokasi Stena Impero di perairan teritorial Oman berarti bahwa Iran seharusnya tidak diperbolehkan mencegat tanker itu," jelasnya.

Pemilik tanker itu, perusahaan transportasi, Stena Bulk, mengatakan telah membuat permintaan resmi untuk mengunjungi awak kapal.

Kerabat dari salah seorang awak kapal Stena Impero pada Minggu menyampaikan bahwa pihak keluarga khawatir karena belum mendengar kabar sejak tanker itu disita.

Menurut laporan stasiun televisi Iran, 23 awak Stena Impero yang terdiri dari warga India, Rusia, Latvia dan Filipina sedang menjalani proses penyelidikan oleh pihak berwenang.

Penyitaan Stena Impero dilakukan dua pekan setelah AL Inggris menyita tanker Iran Grace 1 di Gibraltar atas dugaan penyelundupan minyak ke Suriah. Hal tersebut melanggar sanksi Uni Eropa terhadap Suriah.

Hunt mengatakan Grace 1 ditahan secara legal tetapi Iran mengecam tindakan Inggris dan menyatakannya sebagai pembajakan kapal.

Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mentwit bahwa Inggris harus berhenti menjadi perpanjangan tangan "terorisme ekonomi" yang dilakukan AS. Dia mengatakan Iran menjamin keamanan Teluk dan Selat Hormuz, serta menegaskan bahwa tindakannya adalah untuk menegakkan hukum maritim internasional.

Duta Besar Iran untuk Inggris Hamid Baeidinejad memperingatkan Inggris untuk tidak memperuncing perselisihan.

"Inggris harus menahan kekuatan politik domestik yang ingin meningkatkan ketegangan yang ada antara Iran dan Inggris di luar masalah tanker. Itu cukup berbahaya dan tidak bijaksana pada waktu yang sensitif di kawasan," tulisnya. (BBC dan NDTV)

Berita Lainnya
×
tekid