sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Bagaimana jika kebablasan sering belanja untuk pelarian emosional?

Pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan emosional memang baik untuk kesehatan jiwa. Namun, jika hal itu dilakukan hanya dalam skala kecil

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Senin, 14 Feb 2022 10:32 WIB
Bagaimana jika kebablasan sering belanja untuk pelarian emosional?

Pandemi Covid-19 terbukti membuat belanja konsumtif, seperti belanja hobi, meningkat bagi sebagian orang. Para ahli percaya bahwa pengeluaran emosional selama pandemi tidak mengherankan, mengingat banyak dari kita yang terkunci di rumah tanpa melakukan apa-apa dan justru meningkatkan stres.

"Pandemi ini adalah stresor besar yang telah berkontribusi pada kesehatan mental yang lebih buruk bagi sebagian besar orang dan telah menghilangkan peluang untuk kegiatan sosial bermanfaat lainnya yang mungkin menggantikan belanja," kata Psikiater Elisabeth Netherton. Dia telah berpengalaman dengan banyak wanita yang senang melakukan belanja impulsif untuk memperbaiki suasana hati.

Seperti dikutip dari media kesehatan Very Well Mind, Psikolog Klinis Sheila Forman mengatakan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan emosional memang baik untuk kesehatan jiwa. Namun, jika hal itu dilakukan hanya dalam skala kecil. “Namun, jika tak terkendali justru akan menimbulkan konsekuensi yang mengerikan seperti utang di luar kendali,” kata dia.

Masalah juga semakin runyam jika pengeluaran emosional sampai mengganggu prioritas utama. Beberapa wanita terbukti menghabiskan berjam-jam di depan aplikasi belanja online kemudian membeli pakaian yang tidak begitu bermanfaat ditambah dengan waktu yang sia-sia.

Jika anda merasa bahwa pengeluaran emosional semakin tidak terkendali, menemukan cara lain untuk mengatasi stres, kecemasan, dan depresi adalah kuncinya, ujar Forman. Alih-alih berbelanja, dia merekomendasikan menulis jurnal, bermeditasi, atau berbicara dengan terapis untuk membantu mengatasi perasaan buruk atau menyembuhkan diri dari trauma.

"Rasakan perasaan anda, daripada menghindarinya," katanya. Forman juga percaya bahwa perasaan sedih, marah, takut, serta emosi-emosi negatif lainnya tidak akan begitu saja bisa hilang ditelan waktu. Sebaliknya, beri ruang bagi diri sendiri untuk duduk dan menerima bahwa emosi itu benar-benar ada. Menangis untuk melepaskan emosi negatif juga bukan merupakan tindakan yang memalukan.

Netherton percaya bahwa langkah pertama dalam mengubah pola apa pun adalah mengenali bahwa anda terlibat dalam perilaku yang tidak sesuai dengan diri anda, misalnya dengan menyadari bahwa uang habis sebelum waktunya.

 "Ketika anda mulai mengenali pola, anda dapat berlatih melakukan intervensi dan mulai menggesernya," jelasnya. Misalnya, ketika merasa lelah setelah bekerja seharian, anda tidak lagi membuka aplikasi belanja di telpon genggam. Sebaliknya memilih melakukan hal lain.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid