Kelap-kelip masa lalu pohon Natal
Dari mana dan sejak kapan pohon Natal dikenal dunia?
Semarak Natal di Hindia
Pada awal abad ke-20, pohon Natal sudah banyak ditulis di surat kabar-surat kabar yang terbit di Hindia Belanda. Misalnya, sebuah artikel dalam Bataviaasch nieuwsblad edisi 27 Desember 1928 menggambarkan Natal dengan menggunakan pohon cemara.
Tentu saja, yang merayakan Natal di masa ini adalah orang-orang Eropa dan Indo yang tinggal di Hindia Belanda.
“Di pabrik, kebun binatang, Willemskerk (sekarang Gereja Immanuel), di Persatuan Sosial Katolik di Meester Cornelis (sekarang Jatinegara), dan banyak tempat lain, anak-anak dan orang tua berkumpul di sekitar pohon Natal,” tulis artikel itu.
Keluarga Eropa merayakan Natal di rumahnya, bersama para pembantunya. (www.tropenmuseum.nl).
Dalam Indische Letteren, volume 21 tahun 2006, Helsloot menulis, pada hari pertama atau kedua Natal, sering ada pertunjukan musik di kota-kota besar di Jawa pada 1870-an hingga 1920-an. Selain itu, ada pohon Natal dan hadiah untuk anak-anak.
Pertunjukan itu adalah Festival St. Nicholas. Festival ini merupakan perayaan Natal dengan menghadirkan sosok Sinterklas.
Di dalam tulisannya yang lain, “St Nicholas as a Public Festival in Java, 1870-1920”, yang dipublikasikan di Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia, 1 Januari 1998, Helsloot menulis, festival ini bisa ditemukan di Batavia, Surabaya, dan Bandung. Di kota-kota ini tinggal orang-orang Eropa dengan populasi yang besar.
Menariknya, Festival St Nicholas mesti disesuaikan dengan iklim dan kondisi masyarakat di Hindia Belanda. Bila di Eropa perayaan ini dilakukan di dalam rumah, dengan pohon Natal sekaligus kado-kado, di Hindia Belanda justru digelar di ruang terbuka. Perayaan ini bisa disaksikan gratis oleh orang-orang bumiputra.
Natal merentang sepanjang zaman. Begitu pula dengan pohon Natal, yang menemani perayaan Natal dengan pernak-pernik dan kelap-kelip lampu hiasannya.