sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kelola perubahan emosi yang muncul saat hamil

Anda perlu mengenal beberapa perubahan emosi yang biasa terjadi saat hamil, agar dapat mengelolanya dengan baik. 

Alia Kirana
Alia Kirana Selasa, 09 Jan 2018 18:17 WIB
Kelola perubahan emosi yang muncul saat hamil

Banyak wanita kerap fokus terhadap perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan. Namun, mereka lupa atau mungkin sedikit sekali yang memperhatikan perubahan emosi saat hamil. Anda bisa jadi juga demikian. Padahal, kesehatan emosional wanita juga memainkan peranan penting dalam kehamilan.

Selama sembilan bulan, suasana hati dan emosi wanita hamil bisa berada di tingkat tertinggi dan terendah. Anda bisa saja merasa bahagia karena akan memiliki bayi, namun perasaan takut hendak melahirkan juga dapat muncul.

“Kehamilan adalah transisi besar dalam kehidupan wanita, dan ini melibatkan perpaduan emosi yang kompleks, baik dan buruk," kata Dr. Mary Kimmel, Perinatal Psychiatry Inpatient Unit di University of North Carolina School of Medicine, Amerika Serikat.

Pada tingkat biologis, lanjut Mary, hormon estrogen dan progesteron meningkat akan meningkat. Beberapa wanita lebih sensitif terhadap perubahan progesteron, dan hal ini mungkin membuat mereka lebih mudah tersinggung. 

Sebagai wanita hamil atau yang sedang merencanakan kehamilan, Anda perlu mengenal beberapa perubahan emosi yang biasa terjadi saat hamil. Dengan demikian, Anda dapat mengelolanya dengan baik dan dapat menjalani kehamilan dengan nyaman dan bahagia. Berikut ini beberapa perubahan emosi tersebut:

1. Perubahan suasana hati (mood swings)

Kehamilan bisa membuat emosi wanita naik turun dengan drastis, bak roller coaster. Hal ini dapat terjadi terutama pada tahap awal dan akhir kehamilan. Salah satu alasan utama di balik kondisi ini yaitu kadar hormon yang meningkat.

“Beberapa wanita sensitif terhadap perubahan estrogen, sementara yang lain terpengaruh oleh meningkatnya kadar hormon progesteron atau hormon stres,” kata Mary.

Sponsored

2. Ketakutan

Emosi lain yang umumnya muncul selama kehamilan yaitu ketakutan. Pada trimester pertama, Anda mungkin takut mengalami keguguran atau melakukan hal buruk yang memengaruhi kondisi janin. Pada trimester kedua, Anda mungkin mulai mempertanyakan, apakah Anda akan menjadi ibu yang baik? Lalu menjelang akhir kehamilan, Anda mungkin takut mengalami sakit akibat persalinan.

Menurut Mary, ketidakpastian yang menghantui benak wanita hamil dapat memicu ketakutan. Merasa takut merupakan hal wajar. Namun, wanita hamil perlu mengenali kapan rasa takut itu muncul, lalu segera mengatasinya. 

3. Kegelisahan

Kecemasan dan ketakutan sering muncul bersamaan. Maksudnya, ketakutan akan ketidakpastian bisa menyebabkan kecemasan. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan emosi ini. Kecemasan adalah emosi normal yang muncul dengan alasan tertentu.

Akan tetapi, penelitian menunjukkan bahwa kecemasan selama hamil dapat memengaruhi kondisi janin. Salah satu penelitian pada tahun 2013 menemukan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang memiliki tingkat kecemasan tinggi memiliki respons imun yang lebih lemah terhadap vaksin ketika berusia 6 bulan. 

4. Mudah menangis

Beberapa wanita hamil mungkin tidak sadar telah meneteskan air mata saat melihat tayangan tentang hewan peliharaan yang malang. Atau, barangkali ada pula yang menangis setelah muntah di awal kehamilan.

Mary berpendapat bahwa hal tersebut mungkin merupakan bagian dari pelepasan dari perubahan emosi yang menyerang ibu hamil. Kadar hormon yang berfluktuasi juga dapat membuat wanita hamil mudah menangis. Namun bila terlalu sering menangis dan membiarkannya berlarut-larut, hal ini merupakan gejala depresi. 

5. Postpartum depression

Menurut Mary, usai melahirkan merupakan masa yang sangat rentan bagi wanita untuk mengalami depresi. Risiko depresi dapat meningkat karena penurunan estrogen dan progesteron yang sangat tajam setelah melahirkan. Begadang karena harus menyusui bayi atau pola makan yang berantakan juga dapat menyebabkan depresi.

Dalam beberapa setelah melahirkan, sekitar 18% wanita mengalami baby blues syndrome. Gejala yang muncul seperti perasaan sedih dan sering menangis. Hal ini biasanya hilang dua minggu setelah melahirkan.

Namun bila mengalami gejala yang lebih parah selama lebih dari dua minggu, sampai merasa tidak enak badan atau kurang tertarik pada bayi, bahkan memiliki pemikiran untuk menyakiti bayi, Anda perlu minta bantuan. Sebab, itu semua merupakan tanda-tanda postpartum depression. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, sekitar 10-20% wanita yang melahirkan setiap tahun mengalami kondisi ini. 

Kehamilan bisa menjadi saat yang menyenangkan, tapi juga sangat menegangkan bagi wanita. Hal inilah yang menyebabkan emosi naik turun secara drastis. Mary menyarankan bahwa wanita hamil perlu menyadari pikiran dan perasaan mereka, serta menemukan tempat untuk menceritakan perubahan emosi yang muncul.

Berita Lainnya
×
tekid