sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Melihat gaya busana Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandiaga

Joko Widodo dan Sandiaga Uno mengenakan busana yang dekat dengan kaum milenial.

Annisa Saumi Fandy Hutari
Annisa Saumi | Fandy Hutari Jumat, 14 Des 2018 20:38 WIB
Melihat gaya busana Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandiaga

Presiden pertama Indonesia Sukarno, di banyak kesempatan, kerap mengenakan pakaian bergaya militer, lengkap dengan tanda jasa di dadanya. Padahal, Bung Karno tak punya latar belakang militer.

Alasan Sukarno memakai seragam ala militer dijawabnya di buku Bung Karno: Penjambung Lidah Rakjat Indonesia, yang ditulis wartawan Amerika Serikat Cindy Adams.

“Aku memakai uniform karena aku panglima tertinggi. Rakyatku sudah lama dijajah Belanda. Mereka telah dijadikan koloni selama ratusan tahun, mereka sudah lama diperbudak. Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, aku harus bisa memberikan mereka sebuah citra. Suatu kebanggaan. Karena itu, aku memakai uniform,” kata Bung Karno di buku itu.

Maksud Bung Karno di sini sangat jelas. Dia berusaha menjadi orang yang gagah, dan bisa membuat rakyatnya bangga. Dia berusaha menjadi pemimpin yang disegani, yang memimpin rakyat yang sudah lama terjajah agar tak minder.

Namun, Cindy Adams belum puas dengan jawaban Sukarno. Dia lantas bertanya “nakal”.

Honey, saya tidak percaya semua penjelasanmu. Saya yakin kau memakainya karena kau sadar dirimu terlihat ganteng jika mengenakan uniform,” ujar Cindy.

“Kamu benar, sayangku. Tapi tolong, jangan ceritakan keluar,” kata Sukarno.

Apapun maksud sesungguhnya Bung Karno memakai seragam ala militer, yang pasti dia terkenal dengan ciri khas seperti itu.

Sponsored

Layaknya Bung Karno, bila diperhatikan, pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang akan bertarung di Pilpres 2019, yakni Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pun kerap mengenakan pakaian yang menjadi ciri khas mereka.

Agar egaliter

Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menyapa warga saat acara Prabowo Menyapa Yogyakarta di Alun-alun Selatan Yogyakarta, Rabu (28/11). (Antara Foto).

Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto terlihat mengenakan pakaian khas dan terkesan itu-itu saja, bila tampil di depan publik. Jika ditelisik, gaya berbusana Prabowo konsisten sejak dia maju mendampingi Megawati Soekarnoputri dalam pertarungan Pemilu 2009 lalu. Kemudian berlanjut ketika dia berpasangan dengan Hatta Rajasa pada Pemilu 2014.

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan, yang membedakan gaya berpakaian Prabowo pada 2014 dan saat ini hanya dipilihan warna.

“Paling warnanya saja yang diganti dari krem, cokelat, ke putih. Mungkin citra militer itu Prabowo tidak ingin tinggalkan dengan berpakaian seperti itu,” ujar Hendri saat dihubungi, Jumat (14/12).

Sementara, Sekretaris Direktorat Advokasi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Habiburokhman, melihat bahwa Prabowo mengenakan pakaian putih agar seluruh kader menunjukkan kebersamaan dengan memakai seragam.

“Jadi, dalam aktivitas kepartaian tidak terlihat gap (jarak) antara yang kaya atau miskin,” kata Habiburokhman, ketika dihubungi, Jumat (14/12).

Habiburokhman juga mengatakan, kalau berkunjung ke DPP Gerindra, akan sulit membedakan antara office boy dengan pimpinan partai, karena pakaiannya sama. “Jadi di Gerindra itu egaliter,” katanya.

Lebih lanjut, Habiburokhman menerangkan, Prabowo memiliki penjahit langganan sendiri sejak lama, yang membuat baju-bajunya.

Dalam laporan majalah Tempo edisi 26 Mei 2014 berjudul “Kemeja Putih Pilihan” menyebutkan, kemeja putih Prabowo terinspirasi oleh bapak pendiri bangsa Soekarno-Hatta. Sakunya biasanya ada empat.

Sedangkan Burhan Bungin di dalam bukunya Komunikasi Politik Pencitraan menulis, Prabowo menggunakan strategi konstruksi sosial pencitraan kelompok kelas menengah ke atas, dengan menampilkan gaya bicara seperti Bung Karno, menggunakan baju dengan model dan warna kelas menengah di zaman Bung Karno, yakni semi jas warna putih susu.

Kisah sarung

Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin (ketiga kiri) mendapatkan sekapur sirih dari penari saat acara ramah tamah di Batam, Kepulauan Riau, Kamis (15/11). (Antara Foto).

Gaya berbusana calon wakil presiden nomor urut 01 Ma’ruf Amin juga terlihat khas. Biasanya, Ma’ruf mengenakan kopiah hitam, jas, dalaman putih, dan sarung.

Redaktur NU Online Hamzah Sahal mengatakan, dengan mengenakan sarung dan kopiah, Ma’ruf ingin menunjukkan keulamaannya. Hamzah menuturkan, selama ini sarung lekat dengan identitas berpakaian kaum santri dan warga Nahdlatul Ulama (NU).

Latar belakang Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut memang berasal dari NU. Pada 1966-1967, Ma’ruf pernah menjabat sebagai Ketua NU wilayah Jakarta. Saat ini, dia menjadi Rais ‘Aam Syuriah (Dewan Penasihat) Pengurus Besar NU.

Sarung, sebut Hamzah, memang menjadi identitas warga NU sejak era kolonialisme. Sarung digunakan sebagai simbol melawan kolonialisme.

“Saat itu (masa kolonial) ulama NU melarang warganya mengenakan pantalon (celana panjang), karena mirip orang kafir (penjajah), ujar Hamzah.

Dilihat dari jejak antropologisnya, menurut Hamzah, sarung tak ada kaitannya dengan agama maupun basis ideologi tertentu. Menurutnya, sarung itu budaya.

“Orang Melayu mengenakan sarung, orang Jawa juga. Dan, kebetulan mereka menganut agama Islam,” ujar Hamzah.

Pada masa pemerintahan Sukarno, lanjut Hamzah, kiai yang mengenakan sarung dan kopiah diperkenankan masuk Istana. Namun, ketika masa Orde Baru, sarung memiliki makna peyoratif (rendah). Saat itu, kata Hamzah, orang-orang yang mengenakan sarung dicap konservatif, kampungan, dan antimodernisasi. Usai reformasi, Hamzah mengatakan, sarung kembali mempunyai makna yang netral.

“Bahkan, Presiden Jokowi beberapa kali terlihat memakai sarung di dalam Istana,” katanya.

Perihal Ma’ruf yang mengenakan sarung, Hamzah berujar, itu memang sudah menjadi tradisi bagi Rais ‘Aam di NU. Menurutnya, sarung adalah identitas ulama. Namun, tak semua Rais ‘Aam mengenakan sarung. Misalnya, Salahuddin Wahid atau Gus Mus.

Hamzah sendiri melihat, dengan mengenakan sarung, Ma’ruf memiliki kesadaran untuk mencitrakan dirinya sebagai golongan kaum ulama. Mengenai warna sarung favoritnya, Ma’ruf pernah berkata, corak garis-garis warna hitam-putih jadi kesukaannya. Warna favorit untuk jas juga hitam atau putih.

Sasar milenial

Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo (kanan) menyapa peserta jalan sehat bertajuk Sehat Bersama #01JokowiLagi di Lampung, Sabtu (24/11). (Antara Foto).

Sementara itu, calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno, selama ini kerap tampil kasual di muka publik. Keduanya sama-sama gemar mengenakan sepatu kets waktu blusukan.

Ciri khas yang melekat dan konsisten sejak Pilpres 2014 di diri Jokowi adalah kemeja lengan panjang berwarna putih, dengan bagian lengan dilipat. Kemeja itu tak dimasukkan ke dalam celana. Menurut Burhan Bungin dalam Komunikasi Politik Pencitraan, dengan kemeja putih tanpa dimasukkan ke dalam celana, Jokowi mencitrakan gaya berpakaian orang biasa.

Selain ciri khas kemeja putih lengan pangan yang dilipat, Jokowi kerap tampil mengenakan jaket. Jaket yang dikenakannya pun selalu menjadi bahan perbincangan, terutama anak muda.

Misalnya saja, Jokowi pernah mengenakan jaket parka berwarna merah bata, saat membuka Ideafest 2018 di Jakarta Convention Center (JCC) pada 26 Oktober 2018. Jaket ini buatan Bandung, merek Ame Rain Coat. Harganya Rp499.000. Jaket itupun ludes terjual dalam waktu tiga hari, setelah dijual secara daring, usai dipakai Jokowi.

“Selain karena memang suka, jaket ini produk lokal sebagaimana jaket-jaket yang saya sudah punya. Ada jaket bomber, jaket merah dan hitam yang saya pakai saat Asian Games 2018, jaket denim saat mengendarai sepeda motor, dan beberapa jaket lain,” tulis akun Instagram resmi Jokowi pada 27 Oktober 2018.

Saat memberikan semangat para atlet di ajang Asian Games 2018 beberapa waktu lalu, Jokowi tampil lagi dengan jaket berwarna merah. Usut punya usut, jaket itu bermerek Bulls Syndicate, buatan Solo. Dilihat dari katalog akun Instagram Bulls Syndicate, harganya Rp375.000.

Jaket Jokowi lainnya yang mencuri perhatian dipakai saat dia melakukan touring naik sepeda motor di Sukabumi, pada 8 April 2018. Mantan gubernur DKI Jakarta tersebut saat itu mengenakan jaket denim, dengan gambar peta Indonesia di dadanya, dan tulisan “Indonesia” berbaur bendera merah-putih di bagian belakang. Jaket itu karya seniman Bernhard Suryaningrat.

Jaket bomber yang dipakai Jokowi saat konferensi pers soal demonstrasi 4 November 2016 juga menjadi viral. Jaket itu produksi Zara, sebuah merek asal Spanyol. Ditaksir, harganya Rp899.900. Barangkali jaket bomber itu satu-satunya jaket koleksi Jokowi yang bermerek dari luar negeri.

Hendri mengatakan, pakaian merupakan identitas. Sebaiknya memang ada ciri khas yang dibangun. Ketika melihat gaya busana Jokowi, Hendri cukup kebingungan dengan arah citra yang dibangun.

“Dia (Jokowi) itu mau ke mana? Kadang-kadang ke milenial, kadang-kadang dia pakai batik, kadang-kadang dia menunjukkan kesederhanannya,” kata Hendri.

Namun, dari beragamnya gaya yang dikenakan Jokowi, Hendri melihat suami dari Iriana tersebut tengah berusaha menangkap semua kalangan dari pakaiannya itu.

Terlepas nanti, lanjut Hendri, capres dan cawapres akan mengenakan apa, gaya komunikasi mereka saat ini bisa dinilai dari apa yang mereka kenakan.

“Gaya komunikasi Pak Jokowi juga kalau ketemu milenial, pakaiannya pakaian milenial. Yang tidak berubah mau ketemu milenial atau siapapun ya Pak Prabowo, gitu-gitu saja. Paling banter (pakaian) dia warnanya diubah,” ujar Hendri.

Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Salahudin Uno (tengah) memainkan boneka ayam saat kunjungan di Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (14/11). (Antara Foto). 

Sementara itu, Hendri melihat, Sandiaga Uno lebih menampilkan gaya busana yang sporty. Namun, yang menjadi ciri khas Sandi adalah warna busananya. Belakangan ini, dia kerap tampil dengan pakaian berwarna biru.

Selain kemeja biru, terkadang Sandi juga tampil lebih santai menggunakan pakaian polo berwarna biru. Dia pun seringkali tertangkap kamera mengenakan pakaian bermerek 910 dan logo S di dadanya.

“Kalau Pak Sandi pakai biru muda, karena mungkin itu warna favorit beliau,” kata Habiburokhman.

Akan tetapi, Sandi pernah mengungkapkan, bila pakaian warna biru itu atas saran dari putra Prabowo yang menjadi perancang busana Didit Hediprasetyo. Menjelang pengumuman dirinya mendampingi Prabowo, Didit menyarankan Sandi memakai kemeja berwarna biru, yang dinilai menyimbolkan kesejukan, persatuan, dan keteduhan.

Bila ditilik merek-merek pakaian yang dikenakan politisi tajir itu, tak kalah menarik dibandingkan Jokowi. Dikutip dari artikel Aulia Akbar di situs Moneysmart.id, 21 Agustus 2018, salah satu kemeja lengan pendek yang dikenakan mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu bermerek GAP. Harganya sekitar Rp422.000.

Sedangkan kemeja lengan panjang Sandi bermerek Banana Republic. Kemeja itu ditaksir sekitar Rp700.000. Logo 910 yang ada di kaus lapangan Sandi juga mencuri perhatian. Sepatu kets Sandi pun berlogo 910. 910 merupakan merek lokal, yang pusat produksinya ada di Tangerang, Banten.

Hendri memberikan penilaian berdasarkan urutan, melihat gaya berbusana pasangan capres-cawapres. Jokowi, menurutnya ada di urutan pertama yang berbusana paling menarik.

“Lalu Sandi, Prabowo, dan terakhir Ma’ruf Amin,” ujar Hendri.

Berita Lainnya
×
tekid