close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi tidur siang. /Foto Pixabay
icon caption
Ilustrasi tidur siang. /Foto Pixabay
Sosial dan Gaya Hidup - Mental Health
Senin, 30 Juni 2025 19:00

Riset: Remaja butuh hibernasi akhir pekan supaya tak depresi

Para remaja juga butuh kasur empuk dan bantal nyaman supaya otak mereka berkembang saat tidur.
swipe

Tak hanya remaja, orang-orang dewasa pun lazimnya memanfaatkan akhir pekan untuk tidur panjang. Banyak orangtua menganggap tidur terlalu panjang sebagai bentuk kemalasan. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa para remaja justru butuh hibernasi di akhir pekan supaya tidak gampang terkena stres atau depresi. 

Studi bertajuk "The Sweet Spot of Weekend Catch-Up Sleep: A Protective Factor Against Depressive Symptoms?" itu dipublikasi di jurnal Sleep Research Society, Mei lalu. Riset digarap oleh sejumlah peneliti dari tiga universitas berbeda. 

Dalam risetnya, para peneliti melibatkan 1.877 remaja. Para partisipan diminta untuk alat pelacak aktivitas Fitbit untuk memonitor waktu tidur dan mengisi survei terkait kesehatan mental mereka. 

Para peneliti menemukan bahwa para remaja yang tidur layaknya beruang yang sedang hibernasi di akhir pekan relatif tak punya gejala kecemasan atau depresi. Rata-rata partisipan mengaku yang mentalnya sehat tidur dua jam lebih lama. 

"Banyak remaja membayar utang tidur mereka selama sepekan dengan tidur panjang di akhir pekan," kata Sojeong Kim, salah satu peneliti utama di riset tersebut. 

Berbeda dengan orang dewasa yang hanya butuh 7 jam sehari, remaja pada rentang usia 13-18 tahun butuh waktu tidur kisaran 8-10 jam per hari. Tidur nyenyak pada remaja berkorelasi positif dengan perkembangan otak dan tubuh. 

Namun, data Centers for Disease Control and Prevention menunjukkan hanya 23% remaja di Amerika Serikat yang memperoleh jam tidur yang ideal. Itulah kenapa hibernasi di akhir pekan penting bagi para remaja untuk mengembalikan kebugaran tubuh dan kesehatan mental. 

“Variasi terlalu sedikit atau terlalu banyak tidur pada weekday atau akhir pekan mungkin berkorelasi dengan gejala yang sedang diupayakan diperangi seseorang, seperti kelelahan fisik atau mental atau perasaan cemas," kata Kim. 

Temuan Kim dan kawan-kawan menguatkan hasil riset-riset sebelumnya. Salah satu riset dilakoni sejumlah peneliti University of California, Los Angeles (UCLA). Dalam riset itu, para peneliti menemukan bahwa kenyamanan tidur juga berpengaruh terhadap perkembangan otak remaja. 

"Remaja yang mengaku tidur dengan bantal dan kasur yang nyaman cenderung lebih lelap dan punya koneksi yang lebih kuat pada bagian-bagian otak penting ketimbang rekannya yang lain," kata profesor ilmu psikologi UCLA, Adriana Galván. 

Tempat tidur yang empuk dan nyaman, kata Galvan, terutama penting bagi kalangan remaja karena kecenderungan mereka untuk "bergadang" dan memangkas waktu tidur. 

"Terutama pada bagian-bagian otak yang penting untuk mengontrol perilaku atau meregulasi emosi kita," jelas Galvan. 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan