sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kenali sebab terjadinya gangguan kepribadian ganda

Kepribadian ganda bisa muncul karena ada trauma hebat sejak kecil atau mengalami kekerasan emosional.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Selasa, 03 Sep 2019 10:46 WIB
Kenali sebab terjadinya gangguan kepribadian ganda

Gangguan disosiatif dipahami sebagai kondisi psikologis yang kompleks dalam diri pengidapnya yang disebabkan oleh beberapa penyebab. Antara lain adalah trauma masa kecil yang repetitif atau ekstrem, seperti kekerasan emosional, kekerasan seksual, dan psikis.

Sebagaimana dicuplik dari laman WebMD, kondisi dalam diri orang-orang dengan DID adalah terjadi keterputusan koordinasi antara pikiran, memori ingatan, emosi, aksi, dan kesan-kesan identitas diri.

Akibatnya, hal itu memunculkan gangguan pembentukan identitas diri yang berlebih dalam benak seseorang pada waktu yang berbeda. 

Dampak lanjutannya ialah menimbulkan gangguan pada fungsi umum manusia, termasuk fungsi kerja, beraktivitas, dan berelasi sosial.

Salah satu kasus kepribadian ganda pertama di dunia adalah Eberhardt Gmelin (1791). Selanjutnya pada era 1880-1920, banyak konferensi medis internasional yang membahas tentang disosiasi. Jean-Martin Charcot adalah seorang tokoh yang memperkenalkan gagasan tentang disosiatif. 

Menurut Charcot, gegar atau shock pada saraf mengakibatkan berbagai kondisi neurologis yang abnormal.

Kasus kepribadian ganda klasik lainnya yang pernah diselidiki secara ilmiah adalah kasus Clara Norton Fowler pada tahun 1906. Kemudian pada 1989, Frank W. Putnam menerbitkan buku Diagnosis and Treatment of Multiple Personality Disorder, yang dilanjutkan Colin A. 

Ross mencatat dan menerbitkan penelitian Gangguan Kepribadian Majemuk: Diagnosis, Ciri-ciri Klinis, dan Pengobatannya yakni: “Multiple Personality Disorder: Diagnosis, Clinical Features, and Treatment”.

Sponsored

Kristi menjelaskan beberapa latar belakang penyebab DID dalam diri seseorang. 

“Ada yang mungkin dalam diri sejak lahir memang membawa kerentanan masalah kejiwaan. Ini akan lebih rentan bila orang itu mengalami kesulitan hidup yang intens, seperti kekerasan yang berlangsung sejak masa kanak,” tutur Kristi. 

Di samping itu, trauma parah yang dialami dalam peristiwa dramatik atau ekstrem dapat memicu gangguan disosiatif, seperti menjadi saksi dari pembunuhan anggota keluarga.

Berita Lainnya
×
tekid