Gotong royong dapat meminimalisir ancaman krisis pangan dan energi
Ancaman krisis energi dan pangan dunia, dapat dilewati oleh bangsa Indonesia, jika semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan ditingkatkan.

Perkembangan kehidupan bermasyarakat di Indonesia tidak boleh dilepaskan dari empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Termasuk di antaranya saat era saat ini. Kendati Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah penduduk usia kerja yang terdampak pandemi Covid-19 berkurang 7,57 juta orang dalam setahun terakhir, sehingga totalnya menjadi 11,53 juta orang pada Februari 2022, namun bukan berarti masyarakat dapat mengurangi solidaritas dan gotong royong.
Terlebih pada saat ini seluruh dunia, termasuk Indonesia, dalam ancaman krisis pangan dan energi yang berpotensi berdampak pada perekonomian nasional, khususnya kenaikan harga sejumlah komoditas.
"Makanya nilai-nilai dalam empat pilar kebangsaan dapat menjadi tantangan kekinian. Sebagai contoh, memperkuat budaya gotong royong dan kepedulian. Mulailah dari tetangga terdekat. Kalau ada yang kesusahan atau kesulitan untuk membeli makanan langsung dibantu," papar anggota DPD RI Provinsi Kalimantan Timur Nanang Sulaiman, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (20/7)
Dia meyakini, ancaman krisis energi dan pangan dunia, dapat dilewati oleh bangsa Indonesia, jika semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan kembali ditingkatkan. Apalagi semangat itu telah membuat Indonesia hampir melewati krisis pandemi Covid-19 dengan baik.
Makanya, dalam situasi ini, membangkitkan semangat gotong royong yang telah menjadi DNA bangsa ini, harus dilakukan. Peran masyarakat, dunia usaha, LSM, akademisi, semua pemangku kepentingan diperlukan untuk memulihkan kehidupan masyarakat.
"Pandemi Covid-19 sempat menjelma dari krisis kesehatan menjadi krisis sosial ekonomi. Namun gotong-royong masyarakat Indonesia telah membuktikan kita sebagai bangsa besar yang peduli dan kuat. Sehingga saya optimistis kita mampu melewati dampak krisis pangan dan energi global secara baik dengan bersama-sama,” papar dia.
Apalagi sebenarnya, setiap warga negara memiliki kapasitas dan kapabilitas masing-masing dalam menghadapi risiko ancaman krisis. Melalui kerja bersama, berkolaborasi, dan gotong royong antarwarga. Hal itulah yang dia yakini dapat meningkatkan daya respons untuk menanggulangi permasalahan yang akan datang.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Fenomena ‘remaja jompo’: Saat sakit tak hanya dialami lansia
Rabu, 27 Sep 2023 12:51 WIB
Ketika relawan capres saling beralih dukungan
Selasa, 26 Sep 2023 06:36 WIB