Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Rizki Aulia Rahman Natakusumah menegaskan pentingnya kolaborasi internasional dalam mendorong implementasi solusi dua negara (Two-State Solution) untuk mengakhiri konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Hal ini ia sampaikan dalam diskusi “Dialektika Demokrasi” bertajuk Peta Politik Prancis-Arab Saudi di Two-State Solution, Redam Konflik Israel–Palestina.
Dalam paparannya, Rizki menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap situasi kemanusiaan di Gaza yang terus memburuk sejak Oktober 2023. Ia menyoroti perhatian dunia kini semakin terbuka terhadap penderitaan warga sipil Palestina.
“Kita melihat dunia, baik negara Islam, Timur Tengah, hingga Barat seperti Amerika, mulai mengakui tindakan Israel telah melampaui batas dan layak dibawa ke ranah hukum internasional,” ujar Rizki, di Kompleks Parlemen, dikutip Jumat (13/6).
Menurut data yang disampaikannya, lebih dari 55.000 korban jiwa dan lebih dari dua juta orang kehilangan tempat tinggal akibat agresi di Gaza. Rizki menilai kondisi ini tidak hanya sebagai tragedi kemanusiaan, tetapi juga bentuk pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia.
Ia juga menyoroti inisiatif Prancis dan Arab Saudi dalam menyelenggarakan konferensi internasional terkait isu Palestina. Rizki memandang langkah ini sebagai simbol kekuatan kolaboratif antara dunia Barat dan dunia Islam untuk menciptakan tekanan global yang mendorong perdamaian berkeadilan.
“Prancis mewakili kekuatan Eropa, sementara Arab Saudi membawa suara dunia Islam. Kolaborasi ini menjadi simbol kuat semangat solusi dua negara yang perlu kita dukung bersama,” jelas politisi Fraksi Partai Demokrat tersebut.
Meski mengapresiasi upaya diplomatik itu, Rizki turut menyampaikan kekhawatirannya atas indikasi melemahnya semangat konferensi yang semula bertujuan merekomendasikan pengakuan kedaulatan Palestina. Ia berharap forum tersebut tidak berhenti pada wacana, melainkan menghasilkan langkah konkret.
“Konferensi internasional harus memberikan solusi nyata, tidak hanya sebatas retorika. Misalnya, dengan membuka akses kemanusiaan, mengakhiri blokade di Gaza, serta mendorong proses demiliterisasi wilayah,” tegasnya.