sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

DBS: Fintech masa depan keuangan Indonesia

The Development Bank of Singapore (DBS Group) menyatakan teknologi finansial atau Financial Technology (Fintech) menjadi masa depan keuangan

Cantika Adinda Putri Noveria
Cantika Adinda Putri Noveria Jumat, 29 Jun 2018 05:11 WIB
DBS: Fintech masa depan keuangan Indonesia

The Development Bank of Singapore (DBS Group) menyatakan teknologi finansial atau Financial Technology (Fintech) menjadi masa depan keuangan di Indonesia.

DBS Group Research dalam penelitian teranyar menyebutkan pada 2030, produk perbankan digital akan menjadi standar kebutuhan bagi konsumen. 

Revolusi telepon selular diproyeksi bakal mendorong industri keuangan dan masyarakat non tunai. Peningkatan penggunaan uang elektronik membuka pendanaan senilai Rp3 triliun dan peluang pendapatan Rp47 triliun.

Peneliti DBS Group Research, Sue Lin Lim, mengatakan perusahaan Fintech lebih cepat dalam penerapan teknologi baru dan lebih baik pada penyajian layanan pelanggan dibandingkan dengan bank tradisional. 

"Di masa depan, Fintech akan tersedia di banyak lokasi dan memotong akses langsung bank kepada nasabah. Bank-bank besar kemungkinan masih memiliki kelebihan karena ukurannya yang besar, namun melambat sehingga dapat mengarah pada kepunahan. Pada tahun 2030, produk digital banking akan menjadi prasyarat dasar, bukan sekedar unjuk kebolehan," kata dia dalam laporan resmi yang disampaikan kepada Alinea.id, Kamis (28/6). 

Menurut dia, Indonesia memiliki ramuan yang tepat untuk sukses di era perbankan digital. Hal itu didorong oleh harga ponsel pintar yang terjangkau, populasi muda, dan peningkatan pendidikan dasar. 

Kondisi itu dinilai hampir dapat disejajarkan dengan kondisi China saat ini. Dia memperkirakan, terdapat potensi pada e-money sebesar Rp3 triliun dan potensi pendapatan sebesar Rp47 triliun dari pendapatan layanan pada 2030. 

"Maka dapat diartikan peningkatan keuntungan sebelum pajak sejumlah 2,5% bagi industri. Teknologi dapat digunakan untuk menjangkau populasi yang belum menggunakan jasa bank dapat mempercepat inklusi keuangan dan membuka kesempatan bisnis baru kepada bank," ujar Lim. 

Sponsored

Data DBS Group Research menunjukkan, bank di Indonesia telah mempersiapkan produk digital mulai dari yang mendasar seperti dari internet banking, artificial intelligence (AI) chatbot, hingga perdagangan keuangan blockchain

Dia merinci, Bank Central Asia (BBCA) adalah bank yang paling siap secara digital karena memiliki serangkaian produk digital yang lengkap, dapat diandalkan dan segmentasi nasabah yang tepat.

Disusul Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Negara Indonesia (BBNI) yang terus meningkatkan produk digital bank pelat merah ini. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) memiliki produk seperti Jenius dan BTPN Wow

Riset juga menyebutkan, Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa dalam mempercepat inklusi keuangan. Berdasarkan survei World Bank, tingkat penetrasi untuk akun tabungan di kalangan orang dewasa (di atas 15 tahun) telah meningkat menjadi 49% dari 20% dalam 6 tahun. 

Selain itu juga, dari sisi pinjaman, orang dewasa meminjam dari lembaga keuangan, naik menjadi 17% dari 9% pada tahun 2011. Namun demikian, 51% orang Indonesia juga tidak memiliki rekening bank.

Hal itu yang juga menjadi tantangan bagi Indonesia, karena fitur geografis dan banyaknya daerah yang belum maju secara infrastruktur. 

"Bisnis potensial di bidang ini terlalu kecil untuk lembaga keuangan. Biaya operasional yang tinggi dan risiko dari segmen pasar terbatas ini membuatnya secara komersial tidak menarik," terang Lim. 

Pada sisi lain, kecepatan internet lebih baik ketimbang layakan perbankan. Ponsel pintar merupakan salah satu alat yang bisa melewati rintangan geografis dalam melayani berbagai segmen pasar Indonesia. 

Menurut dia, setengah dari populasi di Indonesia memiliki ponsel pintar, berdasarkan survei pemerintah pada 2016. 

Fintech, multifinance, dan bank, berlomba-lomba untuk mengembangkan model bisnis untuk melayani ini. Lim pun meyakini, tren ini akan merambah pesat dan diperkirakan bisa lebih dari dua pertiga populasi Indonesia akan menggunakan ponsel pintar pada 2030.

Berita Lainnya
×
tekid