sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kepala BKF sebut hal ini jadi penyebab membaiknya neraca perdagangan 2021

Neraca perdagangan Desember 2021 mengalami tren surplus selama 20 bulan berturut-turut.

 Ratih Widihastuti Ayu Hanifah
Ratih Widihastuti Ayu Hanifah Selasa, 18 Jan 2022 08:39 WIB
Kepala BKF sebut hal ini jadi penyebab membaiknya neraca perdagangan 2021

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, menguatnya kinerja ekonomi tidak terlepas dari kerja sama semua pihak dalam menangani pandemi dan mendorong pemulihan ekonomi salah satunya dengan melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

"Pemerintah terus berupaya keras melakukan penguatan efektivitas penangan kesehatan, perlindungan sosial dan dukungan pada sektor usaha untuk menjaga momentum dan keberlanjutan pemulihan ekonomi," jelas Febrio dalam keterangan tertulisnya, Senin (18/1).

Di saat bersamaan, percepatan vaksinasi menuju terciptanya kekebalan komunal juga terus dilakukan, dengan penyediaan booster melalui Anggaran Pendapatan Pembelanjaan Negara (APBN). Hal itu untuk melindungi seluruh masyarakat agar aktivitas ekonomi terus dapat bergerak ke depan.

“Terlihat adanya pemulihan ekonomi setelah adanya vaksinasi. Hal itu ditinjau dari neraca perdagangan pada Desember 2021 tercatat US$1,02 miliar. Meskipun mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi neraca perdagangan Desember 2021 mengalami tren surplus selama 20 bulan berturut-turut," jelas Febrio.

Adapun penurunan surplus pada Desember akibat menguatnya impor, terutama karena naiknya permintaan domestik sejalan dengan tren menguatnya aktivitas ekonomi domestik. 

“Aktivitas ekonomi global dan domestik yang membaik, harga komoditas global yang masih relatif tinggi, juga turut menyumbang perbaikan kinerja neraca perdagangan di sepanjang 2021,” jelas Febrio Kacaribu.

Ekspor Indonesia pada Desember 2021 tercatat sebesar US$22,38 miliar, tumbuh 35,3% dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara sepanjang 2021, ekspor meningkat tajam sebesar 41,8%. Pertumbuhan ekspor sepanjang tahun 2021 didorong oleh pertumbuhan yang tinggi baik pada ekspor nonmigas yang tumbuh 41,5%, maupun ekspor migas yang tumbuh 48,7%. 

“Nilai ekspor secara kumulatif, tercatat sudah lebih tinggi dari masa prapandemi. Walaupun utamanya didorong oleh peningkatan harga komoditas utama. Ekspor ke depan diperkirakan tetap kuat didukung baik oleh permintaan global maupun faktor harga,” lanjut Febrio.

Sponsored

Di sisi sektoral, ekspor sektor manufaktur yang merupakan komponen tertinggi dari total ekspor nonmigas, yakni tumbuh 35,1%. Disusul oleh sektor pertambangan (92,1%), dan sektor pertanian (2,8%). Sementara pangsa pasar ekspor Indonesia masih didominasi oleh China, AS, Jepang, dan India. Dengan komoditas utama bahan bakar mineral, lemak dan hewan nabati, serta besi dan baja.

Di sisi lain, impor indonesia tercatat US$21,36 miliar, kembali meningkat dibandingkan bulan sebelumnya dan tumbuh cukup tinggi 47,9% dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Secara kumulatif atau sepanjang 2021, impor juga tumbuh sebesar 38,6% dengan mencatatkan nilai US$196,20 miliar, angka yang sudah melebihi kumulatif impor di 2020. Impor di 2022 diperkirakan semakin menguat dalam rangka mendukung aktivitas domestik yang semakin menguat.

Untuk keseluruhan 2021 pertumbuhan impor nonmigas juga didukung oleh semua jenis penggunaan seperti barang konsumsi (tumbuh 37,7%), bahan baku (42,8%), dan barang modal (20,8%). Peningkatan pada impor bahan baku dan barang modal pada dasarnya mencerminkan adanya peningkatan aktivitas industri dalam negeri, sementara itu impor barang konsumsi akan mengindikasikan adanya peningkatan daya beli masyarakat.

“Kinerja ekspor dan impor Indonesia pada 2021 memang semakin membaik. Hal itu seiring dengan dukungan pemerintah untuk terus meningkatkan nilai tambah produk ekspor melalui hilirisasi komoditas berbasis sumber daya alam (SDA), serta peningkatan daya saing. Tetapi kedepannya, kita masih perlu terus mewaspadai dinamika perekonomian global dan domestik yang akan mempengaruhi kinerja neraca perdagangan Indonesia," tutup Febrio.

Berita Lainnya
×
tekid