sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Nasib Jiwasraya dan lubang lembaga penjamin polis asuransi

Citos akan diperbaiki dan dikembangkan oleh Jiwasraya dengan mengandeng BUMN lain.

Cantika Adinda Putri Noveria
Cantika Adinda Putri Noveria Kamis, 25 Jul 2019 09:30 WIB
Nasib Jiwasraya dan lubang lembaga penjamin polis asuransi

Duduk perkara persoalan

Mengingatkan kembali, laporan keuangan perusahaan yang bermasalah diungkap Direktur Jiwasraya Hexana Tri Sasongko. Hexana menerima laporan dari kantor akuntan publik PricewaterhouseCoopers (PwC) yang mengaudit keuangan Jiwasraya. 

Laba bersih yang tadinya Rp2,4 triliun berubah menjadi Rp360 miliar. Dari dokumen hasil rapat yang diterima Alinea.id, tertulis laba bersih dalam laporan audit Jiwasraya oleh PwC itu pun masih adverse, yakni masih memerlukan pembuktian pada sejumlah pos. 

"PwC pada akhirnya belum bisa mengambil opini karena status adverse itu. Secara sederhana, laporan audit Jiwasraya belum berstatus wajar tanpa pengecualian. Audit PwC menemukan ketidaksesuaian dana yang harus dicadangkan Jiwasraya karena pencadangan harus disesuaikan dengan kondisi janji Jiwasraya ke nasabah, itu yang kemudian diperbaiki," seperti dikutip dalam dokumen hasil rapat. 

Selain itu, dalam dokumen tersebut dipaparkan Jiwasraya menghadapi tekanan likuiditas dengan menunda pembayaran polis jatuh tempo yang dipasarkan bank (bancasssurance) yang sedianya jatuh tempo pada Oktober 2018 kepada 1.286 pemegang polis. Per 30 September 2018, Jiwasraya masih mampu membayar polis produk saving plan yang jatuh tempo. 

Adapun saving plan jatuh tempo dan tidak bisa dilunasi Jiwasraya berjumlah Rp802 miliar. Produk ini dijual lewat sejumlah bank, yang bertindak sebagai mitra distributor. 

"Salah satu penyebab macetnya pembayaran dana nasabah yang sudah jatuh tempo, adalah penurunan nilai aset yang menjadi potorfolio saving plan. Dari total dana kelolaan saving plan, sebanyak 75% berbentuk aset produk finansial, seperti saham, reksadana, Surat Berharga Negara (SBN), obligasi korporasi dan obligasi BUMN. Dari portofolio dalam produk finansial sebanyak 80% berada di pasar saham dan reksadana," tulis dalam laporan hasil rapat tersebut. 

Persoalannya, Jiwasraya tidak bisa mencairkan asetnya di saham, yang saat ini sedang mengalami penurunan nilai aset akibat kondisi pasar yang tertekan. Sebagai BUMN, Jiwasraya tidak bisa cut loss atau menjual saham ketika merugi. 

Sponsored

Sementara itu dari total portofolio produk saving plan tersebut sekitar 25% berupa tanah dan properti. Ini juga dipandang menyulitkan manajemen Jiwasraya memperoleh dana tunai guna memenuhi kewajibannya kepada nasabah. Komposisi portofolio ini ditengarai sudah warisan dari manajemen lama. 

Berikut kronologi permasalahan Asuransi Jiwasraya hingga gagal bayar nasabah

Tahun 2012

Pada 2012,  Asuransi Jiwasraya membeli PT Capitalinc Investmen Tbk (MTFN) sebanyak 291 juta lembar (7,28%) dengan harga Rp210/lembar. MTFN terus mengalami penurunan saham dan pada Juli 2019 harganya tinggal Rp50/lembar. 

Tahun 2013

Setahun kemudian, pada 2013, Jiwasraya meluncurkan produk JS Proteksi Plan (produk investasi plus perlindungan jiwa). Fokusnya adalah nasabah kaya dengan premi minimal Rp100 juta. 

Produk JS Proteksi Plan tersebut menjanjikan imbal hasil 7% dan masa pertanggungan asuransi hingga 5 tahun. Setelah satu tahun, nasabah (tertanggung) boleh menarik uang beserta imbal hasil 7% dan tetap mendapatkan perlinudngan asuransi sampai tahun ke-5. 

Produk tersebut ditawarkan lewat beberapa bank seperti Standard Chartered, Bank KEB Hana Indonesia, Victoria, ANZ, QNB Indonesia, BRI, dan BTN. 

Masih di tahun 2013, tepatnya bulan Mei, Jiwasraya juga membeli saham PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM) sebesar 5,87% dengan total investasi Rp760 miliar. Per Juni 2019, harga saham TRAM hanya Rp121. 

Tahun 2016

Tiga tahun kemudian, tepatnya 9 Septmber 2016, Jiwasraya membeli saham Semen Baturaja (SMBR) dengan harga RP1.555/lembar. Namun per Juli 2019, harga saham SMBR turun jadi Rp1.165/lembar. 

Tidak berselang lama, 15 Septemebr 2016, Jiwasraya membeli saham PT PP Properti Tbk (PPRO) sebanyak 709,26 juta lembar (5,04%) seharga Rp1.000 per lembar saham. Desember 2016, Jiwasraya menambah saham menjadi 7,73%. 

Tahun 2018

Pada Oktober 2018, Jiwasraya pun mengirim surat kepada bank mitra produk Jiwasraya Proteksi Plan, bahwa Asuransi Jiwasraya gagal bayar kepada 1.286 pemegang polis jatuh tempo dengan nilai Rp802 miliar. 

Tahun 2019 

Per Januari 2019, Jiwasraya kembali menambah sahamnya di PPRO menjadi 8,59%. Kendati demikian, per 24 Januari 2019, harga saham PPRO menjadi hanya Rp115 lembar per saham, turun drastis dibandingkan pertama kali membeli saham. Per Juli 2019, harga saham PPRO menjadi Rp120/lembar. 
 

Riset : Fultri Sri Ratu Handayani

Berita Lainnya
×
tekid