sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Perceraian bisa mengakibatkan PTSD?

Gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder/PTSD) adalah kondisi kesehatan jiwa yang dipicu oleh peristiwa yang traumatis.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Senin, 31 Jan 2022 17:09 WIB
Perceraian bisa mengakibatkan PTSD?

Gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder/PTSD) adalah kondisi kesehatan jiwa yang dipicu oleh peristiwa yang traumatis, baik dengan mengalaminya maupun menyaksikannya.

Hilangnya hubungan yang intim dapat menjadi salah satu tantangan hidup yang paling sulit. Perceraian terbukti meningkatkan risiko seseorang memiliki trauma psikologis. Kejadian ini juga mendorong terjadinya bunuh diri.

Very Well Mind menyebutkan, perceraian dianggap sebagai salah satu stresor kehidupan yang paling parah setelah kematian orang yang dicintai. Mengingat statistik ini, beberapa orang bertanya-tanya, apakah trauma perceraian dapat menyebabkan diagnosis gangguan stres pascatrauma (PTSD)?

PTSD memperoleh pengakuan resmi sebagai kondisi kesehatan mental pada 1980 dalam edisi ketiga Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-lll).

Pada awalnya, PTSD dipahami sebagai sindrom umum di kalangan veteran perang. Kita sekarang tahu bahwa seseorang tidak perlu berperang untuk mengembangkan diagnosis PTSD atau mengalami gejala terkait PTSD.

Edisi terbaru DSM, yang diterbitkan American Psychiatric Association (DSM-V), mencantumkan PTSD di bawah kategori trauma dan gangguan terkait stres.

PTSD didefinisikan sebagai akibat dari terpaan kematian yang sebenarnya atau terancam, cedera serius, atau kekerasan seksual, termasuk langsung mengalami, menyaksikan, atau mengetahui peristiwa traumatis yang terjadi pada anggota keluarga dekat atau teman.

Ada beberapa karakteristik yang harus diwaspadai jika kamu terindikasi PTSD. Pertama, perubahan gairah atau reaksi yang memburuk setelah trauma.

Sponsored

Kemudian, terus-menerus mengingat kenangan menjengkelkan hingga mengalami mimpi buruk. Gangguan ini bisa terjadi hingga lebih dari satu bulan setelah peristiwa traumatis terjadi bahkan hingga mengganggu kehidupan sosial dan pekerjaan.

Namun demikian, menurut National Health Service (NHS), diagnosis PTSD l biasanya tidak berlaku untuk keadaan seperti kehilangan pekerjaan atau kegagalan ujian.

"Diagnosis PTSD membutuhkan sesuatu yang mengancam jiwa atau ancaman terhadap integritas tubuh," kata psikolog klinis, Sheela Raja.

Ini berarti mereka yang mengalami perceraian dalam beberapa kasus dapat mengalami gejala yang sama dengan orang yang mengikuti pertempuran militer, bencana alam, pemerkosaan, atau peristiwa lain yang mengancam jiwa lainnya.

Gejala yang timbul pasca-perceraian dan mengarah pada PTSD, antara lain pikiran yang terlalu negatif tentang diri sendiri atau dunia, menyalahkan diri sendiri yang berlebihan atau menyalahkan orang lain, penurunan minat melakukan sesuatu, serta merasa terisolasi.

Berita Lainnya
×
tekid