sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Postpartum depression: Kenali gejala depresi pasca-melahirkan

Postpartum depression adalah depresi yang terjadi setelah melahirkan. Ia disebabkan ketidakseimbangan zat kimia di otak.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Kamis, 24 Feb 2022 05:31 WIB
<i>Postpartum depression</i>: Kenali gejala depresi pasca-melahirkan

Postpartum depression atau depresi postpartum adalah depresi yang terjadi setelah melahirkan. Ia disebabkan ketidakseimbangan zat kimia di otak.

Sejumlah survei menyebutkan, satu dari tujuh ibu yang baru saja melahirkan mengalami postpartum depression.

Banyak yang mengira postpartum depression sama dengan baby blues. Namun, keduanya sangatlah berbeda. Baby blues merupakan perubahan emosi (mood swing) yang menyebabkan kecemasan pada sang ibu, sedangkan postpartum depression menunjukkan gejala yang lebih parah hingga para ibu merasa putus asa dan tidak mau mengurus bayinya.

Laman resmi American Psychiatric Association bahkan menuliskan, tanda-tanda depresi ini sudah muncul selama kehamilan.

Lembaga ini juga menyebutkan, postpartum depression sebagai penyakit medis yang serius, tetapi tetap dapat diobati. Pasalnya, jika ibu terus-terusan membawa perasaan sedih, ketidakpedulian, kecemasan yang ekstrem, dan minim nafsu makan, maka akan berisiko bagi ibu dan bayi.

Depresi seringkali disebabkan perubahan yang sangat besar pada diri ibu. Kehamilan dan periode setelah melahirkan bisa menjadi waktu yang sangat rentan bagi wanita.

Ibu sering mengalami perubahan biologis, emosional, keuangan, dan sosial yang sangat besar selama waktu ini. Beberapa wanita mengalami peningkatan risiko kesehatan mental, terutama depresi dan kecemasan.

Untuk itu, sangat penting memperoleh dukungan dari orang-orang terdekat serta bantuan medis jika diperlukan.

Sponsored

Depresi postpartum yang tak diobati tidak hanya menjadi masalah bagi kesehatan dan kualitas hidup ibu, tetapi dapat memengaruhi kesejahteraan bayi.

Bayi yang tak terawat memungkinkan untuk kekurangan nutrisi atau kurang berat badan. Dalam jangka panjang, anak-anak dari ibu dengan depresi berisiko lebih besar untuk defisit kognitif, emosional, perkembangan dan verbal, serta gangguan keterampilan sosial.

Anggota keluarga harus mulai perhatian jika ibu mengalami gejala sedih dan tertekan secara terus-menerus, kehilangan minat pada kegiatan yang pernah diminati, perubahan nafsu makan, kesulitan tidur atau justru tidur terlalu banyak, serta kehilangan energi dan terus-terusan merasa lelah.

Tanda-tanda lain yang harus diwaspadai adalah merasa tidak berharga, kesulitan berpikir hingga tidak bisa membuat keputusan, menangis tanpa alasan, kehilangan minat pada bayi, hingga ingin mengakhiri hidup.

Berita Lainnya
×
tekid