sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

15 tahun pemerintah tetap tak bernyali ungkap kasus Munir

Selama ini, calon pemimpin negara hanya menjadikan pengusutan HAM sebagai komoditas politik saat ingin menjadi pemimpin.

Akbar Ridwan
Akbar Ridwan Jumat, 06 Sep 2019 16:38 WIB
15 tahun pemerintah tetap tak bernyali ungkap kasus Munir

September kelabu 

Peserta aksi Kamisan yang tidak pernah absen adalah Maria Catarina Sumarsih. Maria adalah orang tua dari Benardinus Realino Norma Irawan yakni korban tragedi Semanggi I. 

Maria mengenang kisah yang menimpa putranya pada Jumat sore, 13 November 1998. Saat itu sedang berlangsung Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan sejumlah kelompok masyarakat dan mahasiswa berunjuk rasa menolak hasil sidang tersebut. 

Anaknya yang merupakan Mahasiswa Universitas Atma Jaya roboh seketika, saat selongsong menerjang tubuhnya. Wawan tertembak peluru asal aparat keamanan yang berjaga mengamankan aksi demonstrasi. 

"Terbunuhnya anak saya membuat harga diri saya diinjak-injak oleh aparat dan penguasa. Tetapi di dalam cinta ada semangat dan ada harapan. Ketika setiap tahun apa yang dilakukan Wawan berjuang, saya sebagai orang tuanya wajib melanjutkan perjuangan Wawan yang belum selesai. Saya ingin mewujudkan agenda reformasi yang ketiga, yaitu tegakan supremasi hukum," ucap Sumarsih dalam orasi dalam aksi kamisan yang ke-600 di depan Istana Negara, Jakarta (5/9).

Kehilangan putranya membuat hidup Sumarsih ibarat perahu yang berlayar di tengah samudra. Sejenak perahu yang ditumpanginya berlayar dengan tenang, kemudian tiba-tiba diguncang oleh bajak laut yang ganas. 

Lalu perahu menjadi karam dan kandas di dasar laut yang curam. Sumarsih kemudian terhampar di himpitan batu karang tidak berdaya menahan jiwa yang terluka, namun Sumarsih cepat bangkit dan melanjutkan kembali perjuangan sang anak. 

"Bahwa dalam hidup ada yang lebih berkuasa, Sanghyang Widhi yang maha segalanya, yang selalu melengkapi segala kekurangan oleh anak saya, Wawan. Tetapi, sebagai manusia saya tidak rela anak saya dibunuh. Sama seperti orang tua lainnya yang tidak rela anak-anak mereka dibunuh," kata Sumarsih. 

Sponsored

Maria Catarina Sumarsih orang tua dari Benardinus Realino Norma Irawan adalah korban tragedi Semanggi I kembali mengenang kisah yang menimpa putranya pada Jumat sore, 13 November 1998.Alinea/Akbar Ridwan

Bagi perempuan berusia 67 tahun ini dan sejumlah pegiat HAM, bulan September menjadi bulan kelam bagi Indonesia. Pada bulan ini, setidaknya ada empat peristiwa pelanggaran HAM berat yang terjadi di Indonesia. 

Pertama, pada 7 September 2004 menjadi hari Aktivis HAM Munir Said Thalib dibunuh. Kedua, pada 12 September 1984 meletusnya peristiwa Tanjung Priok. 

Ketiga, 24 September 1999 ketika terjadi demonstrasi penolakan Rancangan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (RUU PKB) yang kemudian disebut sebagai tragedi Semanggi II. Keempat, pada 30 September 1965 adalah rangkaian pemberontakan G30S PKI.

Maria pun mengkritik para pemimpin Indonesia yang dinilai tidak serius menyelesaikan kasus kejahatan manusia itu. Ia juga menyesalkan kalau kasus pelanggaran HAM berat hanya dijadikan komoditas politik untuk menduduki takhta kekuasaan. 

"Semua presiden berjanji akan menyelesaikan kasus-kasus kekerasan aparat dengan seadil-adilnya sesuai undang-undang yang berlaku. Tetapi, akhirnya janji tinggal janji. Pada saat janji disampaikan, keinginannya sudah terkabulkan (menang pemilu), mereka lupa janjinya," ujarnya.

Berita Lainnya
×
tekid