sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

OJK Optimistis kredit bank setelah pemilu bakal melejit

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini penyaluran kredit perbankan setelah pemilu bakal melejit hingga 15%.

Soraya Novika
Soraya Novika Jumat, 24 Mei 2019 01:33 WIB
OJK Optimistis kredit bank setelah pemilu bakal melejit

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini penyaluran kredit perbankan setelah pemilu bakal melejit hingga 15%.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan aksi unjuk rasa 22 Mei 2019 yang sempat menghambat kinerja makroekonomi, tak banyak memengaruhi kinerja likuiditas perbankan. 

Menurut dia, saat ini ekses likuiditas perbankan telah mencapai Rp597,56 triliun. Dana ini cukup untuk mendukung pertumbuhan kredit hingga 15% atau setidaknya sesuai dengan rencana bisnis bank yaitu di kisaran 11%-13%.

"Cukup untuk jaga-jaga dan mendukung kreditnya sesuai rencana bisnis, bahkan bisa tumbuh hingga 15%," ujar Wimboh Santoso dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Kamis (23/5).

Wimboh menambahkan dari sisi rasio kredit terhadap pendanaan (loan to deposit ratio/LDR) perbankan, saat ini sudah turun dari 94% menjadi 93%. Ini artinya, sudah terlihat kelonggaran likuiditas di perbankan.

"LDR turun karena capital inflow, baik dari surat berharga yang dijual Kementerian Keuangan dan inflow portofolio. Industri perbankan kuat," jelas Wimboh.

Wimboh menjelaskan pada April lalu, kredit perbankan tumbuh 11,05% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sehingga bila dihitung sejak awal tahun ini (year-to-date/ytd), pertumbuhan tahunan kredit perbankan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu. 

Pada April 2018, kredit yang disalurkan perbankan hanya tumbuh 9,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Akan tetapi, capaian ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan angka bulan lalu yang mencapai 11,7% secara tahunan.

Sponsored

Penyumbang pertumbuhan kredit bulan April 2019 ini berasal dari kredit produktif di antaranya kredit investasi yang tumbuh 14,34%, kredit modal kerja tumbuh 10,48% dan kredit konsumsi tumbuh 9,06%.

"Pertumbuhan ini seperti yang kita arahkan di mana yang tumbuh lebih besar adalah investasi, sehingga kemudian mampu mendorong produktivitas yang lebih tinggi lagi pada kredit konsumsi," katanya.

Dari segi sektor, kredit pertambangan tumbuh paling tinggi dibandingkan dengan yang lainnya yaitu sebesar 37,6% secara tahunan. Kemudian, disusul kredit sektor konstruksi sebesar 27,55%, sektor pertanian 10,65%, sektor pengolahan 8,7%, kredit infrastruktur 19,13%, dan kredit perumahan 12,67%.

Tingginya pertumbuhan kredit sektor pertambangan sendiri dibandingkan dengan sektor lainnya, disebut Wimboh terpengaruh oleh kembali aktifnya perusahaan batu bara pada periode tersebut.

"Ini bisnis yang dahulu ditinggalkan karena harga batu bara turun. Sekarang ini sudah lebih tinggi dari harga paling rendah pada periode 2014-2015 lalu," ucapnya.

Berita Lainnya
×
tekid